SENI BEBEGIG GALUH, DENAWA YANG MASIH MISTERI (bag.1)

Oleh Pandu Radea
Tapak Karuhun Galuh

Bebegig atau orang-orangan sawah sudah dikenal hampir diseluruh pelosok daerah yang berkultur pesawahan. Biasanya dibuat dari jerami dan dipergunakan "kaumbercaping" untuk menakuti burung yang mengganggu tanaman padi terutama menjelang panen tiba. Namun ada satu jenis bebegig yang memang dibuat justruuntuk menakut-nakuti manusia. Dan sampai saat ini tidak ada nama spesifik untukmembedakan antara bebegig sawah dan bebegig yang satu ini, sehingga untukmempermudah penyebutan cukup dengan nama Bebegig Sukamantri, mengingat kesenian ini hanya terdapat di Kecamatan Sukamantri, wilayah paling utara KabupatenCiamis (Galuh) yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Majalengka.

Seni Bebegig yang disinyalir sudah ada sejak jaman baheula ini, boleh dikata terlambat dikenal, terutama di wilayahyang lebih luas. Keberadaan dan eksistensinya mulai terendus awal tahun 2000. Akhirnya Seni yang awalnya dianggap “jarambah”  (tidak terorganisir) ini mulai diperhatikan oleh pemerintah Ciamis, terutama oleh pihak Disbudpar. Apalagi setelah mendapat sentuhan dalam kemasan pertunjukannyasebagai Seni Helaran yang disebut “Dugig” (Bedug dan Bebegig) dan menjadi pusatperhatian karena meraih juara pertama pada Even Kemilau Nusantara diBandung  pada tahun 2006 serta berhakmewakili Jawa Barat di event yang sama ditahun 2007.

Melihat bentuk dan karakteristiknya Bebegig Sukamantri memiliki keunikan pada tampilannnya yang menyeramkan dan menyiratkan kesan kepurbaan, karena bahan-bahan untuk membuat Bebegig hampir semuanya diambil dari hutan yang ada di sekitar Sukamantri sampai ke Gunung Sawal seperti  ijuk kawung, bubuay, kembang hahapaan, dan daun waregu. Sepintas bentuk kepalanya seperti Reog Ponorogo. Namun jika diperhatikan Seni Bebegig Sukamantri memiliki ciri tersendiri. Bidang atasnya membentuk segitiga terbalik. Didalamnya terbuat dari rangka bambu yang diberipenopang untuk dipanggul karena bagian kepala merupakan bagian yang terberatdan terbesar proporsinya.

Topeng Bebegig dengan raut buta atau denawa terbuat dari kayu yang ditatah/dipahat. Awalnya  untuk membuat topeng yang ukurannya rata-rata 1 m x 60 cm, diambil dari bahan kayu bahbir (kayu sisa). Kini, untukmendapatkan dimensi yang lebih baik, topeng bebegig terbuat dari kayu gelondongan terutama jenis Mahoni dan Albusiah. Saat ini motif raut dan karakternya mulai meniru tokoh denawa dalam wayang golek sunda. Namun ada juga yang meniru raut topeng barong khas Bali. Pada pewarnaan dan pengecatan tidak ada pakemkhusus.

Setiap pembuat topeng, bebas mengeluarkan ekspresinya untuk membentuk karakter yang diinginkannya.  seniman topeng Bebegig yang dianggap senior diantaranyaAhen Kertasari, Jaja Cikole dan Elim Campaka. Generasi berikutnya di kembangkan oleh Aan Brajagati yang mendidik anak-anak membuat topeng bebegig. Ketiganya memiliki corak dan gaya topeng yang berbeda.Topeng Bebegig pun ternyata laku dijual sebagai cendramata. Ukurannya yangbesar memang menarik sebagai barang pajangan. Sebuah topeng Bebegig dijualdengan kisaran harga 100 sampai 200 ribu rupiah.

Rambut Bebegig terbentuk dari rangkaian Kembang Bubuay sementara mahkota atau kepala bagian atas tersusun dari daun Waregu dengan hiasan Kembang hahapaan. Motif rambutpun pada perkembangannya mulai mengikuti trend modern. Gaya indian mohawk mulaidisukai oleh pemain Bebegig saat ini. Sedangkan badan sampai kaki yangmerupakan tubuh pemain, seluruhnya dibalut tebal oleh injuk kawung. Kononbahan-bahan tersebut merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh diganti denganbahan lainnya. Ciri lainnya adalah setiap pemain bebegig selalu membawa kolotoksapi di pinggangnya. Malah dulunya pemain Bebegig juga selalu membawa (menghunus)pedang-pedangan yang terbuat darikayu dan di dadanya diberi hiasan dari buah kalayar dan terong ungu.

Elah Suherlan S.Pd, Guru Kesenian SMPN 1 Cibeureum, Kec. Sukamantrimenjelaskan bahwa bahan-bahan untuk membuat Bebegig saat ini agak susah didapat. TerutamaBubuay dan Hahapaan. “Menjelang Agustusan, masyarakat yang ingin membuatBebegig  harus aprak-aprakan mencaribahan tersebut sampai ke daerah hutan Gunung Sawal yang ada di KecamatanCikoneng, karena yang ada di hutan sekitar Sukamantri sudah habis”. Elan jugamenjelaskan bahwa untuk beberapa jenis bahan, dapat disimpan dalam jangkawaktu  yang lama seperti injuk, topengbuta dan bubuay, sedangkan  Hahapaandan Daun Waregu hanya sekali pakai lalu dibuang.
(bersambung)

pernah dimuat di HU. Kabar Priangan.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »