Tapak Karuhun Galuh

Seni Bebegig yang disinyalir sudah ada sejak jaman baheula ini, boleh dikata terlambat dikenal, terutama di wilayahyang lebih luas. Keberadaan dan eksistensinya mulai terendus awal tahun 2000. Akhirnya Seni yang awalnya dianggap “jarambah” (tidak terorganisir) ini mulai diperhatikan oleh pemerintah Ciamis, terutama oleh pihak Disbudpar. Apalagi setelah mendapat sentuhan dalam kemasan pertunjukannyasebagai Seni Helaran yang disebut “Dugig” (Bedug dan Bebegig) dan menjadi pusatperhatian karena meraih juara pertama pada Even Kemilau Nusantara diBandung pada tahun 2006 serta berhakmewakili Jawa Barat di event yang sama ditahun 2007.

Topeng Bebegig dengan raut buta atau denawa terbuat dari kayu yang ditatah/dipahat. Awalnya untuk membuat topeng yang ukurannya rata-rata 1 m x 60 cm, diambil dari bahan kayu bahbir (kayu sisa). Kini, untukmendapatkan dimensi yang lebih baik, topeng bebegig terbuat dari kayu gelondongan terutama jenis Mahoni dan Albusiah. Saat ini motif raut dan karakternya mulai meniru tokoh denawa dalam wayang golek sunda. Namun ada juga yang meniru raut topeng barong khas Bali. Pada pewarnaan dan pengecatan tidak ada pakemkhusus.

Rambut Bebegig terbentuk dari rangkaian Kembang Bubuay sementara mahkota atau kepala bagian atas tersusun dari daun Waregu dengan hiasan Kembang hahapaan. Motif rambutpun pada perkembangannya mulai mengikuti trend modern. Gaya indian mohawk mulaidisukai oleh pemain Bebegig saat ini. Sedangkan badan sampai kaki yangmerupakan tubuh pemain, seluruhnya dibalut tebal oleh injuk kawung. Kononbahan-bahan tersebut merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh diganti denganbahan lainnya. Ciri lainnya adalah setiap pemain bebegig selalu membawa kolotoksapi di pinggangnya. Malah dulunya pemain Bebegig juga selalu membawa (menghunus)pedang-pedangan yang terbuat darikayu dan di dadanya diberi hiasan dari buah kalayar dan terong ungu.
Elah Suherlan S.Pd, Guru Kesenian SMPN 1 Cibeureum, Kec. Sukamantrimenjelaskan bahwa bahan-bahan untuk membuat Bebegig saat ini agak susah didapat. TerutamaBubuay dan Hahapaan. “Menjelang Agustusan, masyarakat yang ingin membuatBebegig harus aprak-aprakan mencaribahan tersebut sampai ke daerah hutan Gunung Sawal yang ada di KecamatanCikoneng, karena yang ada di hutan sekitar Sukamantri sudah habis”. Elan jugamenjelaskan bahwa untuk beberapa jenis bahan, dapat disimpan dalam jangkawaktu yang lama seperti injuk, topengbuta dan bubuay, sedangkan Hahapaandan Daun Waregu hanya sekali pakai lalu dibuang.
(bersambung)
pernah dimuat di HU. Kabar Priangan.